Kullu Man Alaiha Faan
Oleh Abdul Rahman Arok, S.Ag, M.Pd.I. (Wakil Sekretaris Pokjawas KanKemenag Polman)
Berita Terkait
- Damai Dalam Natal0
- Syukur Nikmat Ala Nabi Sulaiman AS.4
- Nafsu-Nafsu Pembatas (Tinjauan Filosofis)0
- Peradaban Makkah Plus Peradaban Madinah0
- Trilogi Risalah Islam (Intisari Khutbah Jumat)5
- Rukun Keislaman (Sebuah Tinjauan Filosofis)0
- Membumikan Pesan-Pesan Dari Langit0
- Remehkan 5 Golongan, Rugi 5 Hal0
- Menyembelih Ego0
- Dari Qauli Ke Manhaj (Sebuah Catatan Dalam Rakerda MUI Kab. Polman)0
Berita Populer
- Evaluasi Diri Menengok Peta Perjalanan Hidup Manusia
- Cinta Tanah Air dan Patriotisme
- Biografi AG KH Abdul Rahman Ambo Dalle Sang Ulama Pembaharu Dari Tanah Bugis
- Implikasi Syahadat Dalam Kehidupan
- Ibadah Mahdhah Yang Pertama Dihisab
- Kullu Man Alaiha Faan
- Trilogi Risalah Islam (Intisari Khutbah Jumat)
- Asah, Asih, Asuh (Sebuah Prinsip Pendidikan)
- Syukur Nikmat Ala Nabi Sulaiman AS.
- PERAN SANTRI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAN RI TAHUN 1945

Judul artikel ini merupakan terjemahan QS. Ar Rahman ayat 26, Allah ‘Azza wa Jalla: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa.” (QS. ar-Rahman/55: 26). Kullu man ‘alaiha faan, semua yang ada di bumi akan binasa. Semua manusia akan bianasa. Siapapun manusianya. Rakyat jelata binasa, pemangku jabatan akan binasa. Orang bodoh binasa, orang pintar juga binasa. Yang calon pemimpin akan binasa, yang tidak calon juga binasa. Kullu man alaiha faan. Yang kaya raya akan binasa, yang miskin juga binasa. Semua akan hancur, semua akan hilang dari muka bumi. Sebelum hilang dari muka bumi, siapkan bekal perjalanan menuju tempat yang hakiki dan abadi.
Dalam Tafsir Jalalain Jalaluddin al Mahalli dan Jalaluddin As Suyuti menulis bahwa (Semua yang ada di bumi itu) yakni semua makhluk hidup yang ada padanya (akan binasa) akan mati; di sini diungkapkan semua makhluk hidup dengan memakai kata Man, karena memprioritaskan makhluk yang berakal. Sedangkan dalam tafsir Al Misbah, Prof. DR. Quraish Shihab menyebutkan bahwa semua yang ada di bumi akan binasa kecuali Allah yang mempunyai kemuliaan dan kebesaran.
Semua makhluk yang bernyawa akan mengalami kematian. Ia merupakan hakekat, namun kita selalu berusaha lari darinya. Kematian merupakan hakekat yang akan dialami oleh semua yang bernyawa, bahkan para Nabi dan Rasul. Allah berfirman. “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); Maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?” (QS. al-Anbiya’/21:34). Kematian merupakan realita yang terdengar sepanjang zaman dan di setiap tempat. Dia terdengar di telinga, masuk ke pemikiran semua orang yang berakal dan mengetuk hati semua orang yang hidup. Dia membisikan bahwa semua orang akan mati, kecuali Dzat yang memiliki kemuliaan dan keperkasaan. “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” (QS. Al-Qashshash/28:88).
Dalam Al Quran banyak ayat yang menginformasikan tentang kematian, diantaranya “Tiap Tiap Yang Bernyawa Akan Merasakan Mati” (Qs:Ali Imron :185) “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”. (Surat Az Zumar: 30). “Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian”. (Surat Ali `Imran: 185). “Di mana pun kalian berada, kematian akan mendapatkan kalian, kendatipun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (Surat An Nisa’: 78) “Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan”. (Surat Al Jumu`ah: 8).
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasehati kita dengan nasehat yang menyentuh. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena kematian itu, jika diingat oleh orang yang sedang dalam kesusahan hidup, maka akan bisa meringankan kesusahannya. Dan jika diingat oleh orang yang sedang senang, maka akan bisa membatasi kebahagiaannya itu.” (HR. Thabrani dan al-Hakim).
Hadits ini mengingatkan bahwa kematian itu pemutus kenikmatan. Sedang asyik menikmati kehidupan, mati... putuslah kenikmatan. Sedang asyik menikmati enaknya jadi bos, mati, terputuslah nikmatnya bos. Sedang asyik menikmati apa saja... mati.... terputuslah..... jadi mati itu Haadzimullazzaat. Pemutus kelezatan. Bila kematian datang, Rasulullah sangat takut.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membiarkan kesempatan berlalu begitu saja. Bila ada kesempatan, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengingatkan para sahabatnya tentang kematian dan berbagai rentetan persistiwa yang akan mengiringinya: Dari al-Bara’ radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada (penguburan-red) suatu jenazah, lalu Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk pada tepi kubur, kemudian beliau menangis sehingga tanah terbasahi, lalu beliau bersabda: “Wahai saudara-saudaraku! Bersiap-siaplah untuk yang seperti ini.” (HR. Ibnu Majah).
Dunia ini fana, suatu saat akan hancur binasa. Manusia diberi tugas sebagai khalifah untuk memakmurkan kehidupan dunia sebelum saatnya binasa. Dunia, adalah fase kehidupan manusia setelah alam roh dan alam Rahim. Sedangkan alam yang akan dituju adalah alam baqa (hari akhir setelah melalui pintu kematian, kemudian berada di padang Mahsyar). Selama hidup di dunia, Allah swt mengingatkan agar manusia senantiasa mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat. Pesan Allah Swt melalui firman-Nya “…..Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 197). Wallahu a’lam bissawab (Pekkabata, Lantai II Kantor Kemenag Polman, 23 Desember 2019).
Penulis: Abdul Rahman Arok, S.Ag, M.Pd.I (Wakil Sekretaris Pokjawas Madrasah Kantor Kemenag Polewali Mandar, tinggal di Marwah II Kelurahan Manding Kecamatan Polewali Kab. Polman).
Acc/Editor by Inmas Kemenag Polman (Ahmad F).
Download File : 750xauto-5-ancaman-yang-dipercaya-bisa-bikin-bumi-musnah-waspadai-ya-190527t.jpg
